Faktor Manusia dalam Interaksi Manusia dan Komputer

Sistem komputer terdiri dari tiga aspek seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan manusia (barainware). Ketiga aspek tersebut harus bekerja sama agar sistem komputer tersebut dapat bekerja dengan sempurna.

Mengapa perlu memahami efek dari faktor manusia ? karena manusia mempunyai keterbatasan dalam memproses informasi.

Saluran Masukan-Keluaran (Input and Output Channel)

Saluran masukan (input) utama pada manusia terletak pada panca indera. Dari saluran ini manusia bisa menerima informasi dari komputer. Semua informasi yang didapat akan diproses, diolah di dalam memori hingga menghasilkan suatu keluaran (output) yang sesuai dengan informasi yang diterima.

Saluran input pada manusia, antara lain :

Mata
Berfungsi untuk melihat benda, ukuran, warna, bentuk, kepadatan dan tekstur

Telinga
Berfungsi sebagai input pendengaran, untuk mendengarkan nada, warna nada, pola titik nada, intensitas dan frekuensi

Hidung
Berfungsi untuk membedakan bau yang ada di sekeliling

Lidah
Sebagai indera perasa, untuk membedakan rasa manis, asam, asin dan pahit

Kulit
Yang membungkus tubuh manusia, berfungsi untuk merasakan tekanan dan suhu

1. Informasi dikirim dan direspon melalui beberapa saluran input dan output :

a. Saluran Visual/Visual Channel

Alat yang menjadi penglihatan adalah mata. Mata manusia digunakan untuk menghasilkan persepsi yang terorganisasi terhadap gerakan, ukuran, bentuk, jarak, posisi relatif, tekstur dan warna. Pada kehidupan sehari-hari, mata digunakan untuk melihat semua bentuk tiga dimensi sedangkan pada dunia komputer yang menggunakan layar dua dimensi, mata dipaksa untuk mengerti bahwa obyek yang ada di layar komputer harus dipahami sebagai obyek tiga dimensi dengan teknik tertentu.

Ada dua langkah yang dilakukan manusia setelah menerima informasi, yaitu :

Menerima informasi dari luar
Memproses dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya itu.
Penglihatan manusia mempunyai keterbatasan, sedangkan sistem interpretasi (otak) bisa membuat suatu kesimpulan yang tidak lengkap. Oleh karena itu pemrogram/programmer harus memahami kedua sistem itu agar dapat menciptakan suatu interface yang sempurna sehingga terjadi interaksi yang baik antara user dengan komputer.

Cahaya yang masuk ke mata melalui lensa akan difokuskan ke retina. Retina adalah lapisan sel yang peka cahaya, terdiri dari rod dan cone. Setelah sampai ke retina, sinyal diteruskan ke fovea yang ada di sepanjang retina dan kemudian dikirimkan ke kepala melalui syaraf otak yang berhuungan dengan mata lewat optic nerve

Rod dan Cone adalah dua sel utama yang terdapat pada mata, yang peka terhadap cahaya. Sel syaraf juga ada dua macam, yaitu X-cell yang ada di fovea, berfungsi untuk mendeteksi pola, sementara Y-cell yang ada di sepanjang retina berfungsi untuk mendeteksi gerakan lewat cahaya yang masuk.

Rod sensitif terhadap cahaya karena hanya bisa mendeteksi cahaya dan tidak bisa mendeteksi warna. Rod berfungsi baik pada malam hari tetapi cenderung akan menjadi jenuh ketika menerima cahaya yang begitu terang. Rod bisa menerima cahaya yang masuk sekitar 120 juta cahaya per mata.

Cone adalah suatu sel yang berfungsi untuk mendeteksi warna dari cahaya yang masuk ke mata. Cone bisa mendeteksi warna merah, hijau, biru dan kuning. Setiap warna yang masuk bisa dipisahkan menjadi berbagai warna secara rinci. Cone bisa mendeteksi warna yang masuk sekitar 6 juta per mata.

INTERPRETASI SINYAL

Manusia mempunyai jarak pandang dan ukuran obyek pandang yang terbatas. Ukuran dan kedalaman pandang manusia mengindikasikan seberapa banyak area dari obyek pandang yang tertangkap yang berhubungan dengan ukuran dan jaraknya dari mata.

Ketajaman pandangan adalah kemampuan untuk mempersepsikan detail yang sangat baik, dengan keterbatasan pandang yang dapat dilakukan mata untuk memberikan gambaran dari obyek yang dipandang dengan jelas dan detail sehingga otak bisa memproses sinyal yang masuk sehingga ada output dari sinyal tersebut.

Ketajaman pandangan dipengaruhi oleh kecemerlangan cahaya (brightness), kejelasan (luminance), banyaknya kedip (flicker) dan warna.

Warna terbentuk dari :

Hue (Corak)
Bentuk dari bermacam-macam warna dalam corak yang berbeda. Semakin tinggi nilai suatu corak, semakin cerah dan jelas warna yang ditampilkan.

Intensity (Intensitas)
Merupakan kecerahan dari suatu warna

Saturation (Kejenuhan atau jumlah putih pada warna)
Semakin sedikit unsur putih dari suatu warna, semakin gelap warna itu. Semakin banyak jumlah unsur putih, semakin jenuh warna itu.

Warna dapat dibedakan menjadi 150 hue, 7 juta kombinasi intensitas dan kejenuhan serta 11 warna.

Saat membuat aplikasi, para desainer harus memahami psikologi warna agar pencampuran warna tidak membuat mata merasa tidak nyaman dan cepat lelah karena mata harus melakukan penyesuaian dengan warna tampilan yang digunakan.

Aspek-aspek dalam pemakaian warna :

Aspek Psikologis
Hindari pemakaian warna yang tajam dan simultan. Warna merah, jingga, kuning dan hijau dapat dilihat bersama-sama tetapi cyan, biru dan merah tidak dapat dilihat secara serempak dengan mudah
Hindari warna biru murni untuk teks, garis tipis, dan bentuk yang sangat kecil. Penglihatan tidak diset untuk memandang sesuatu yang terperinci, tajam serta bergelombang pendek
Hindari warna berdekatan yang hanya berbeda dalam warna biru
Perlu pengaturan pencahayaan di dalam ruangan karena warna akan berubah ketika cahaya berubah
Hindari penempatan warna merah dan hijau secara berseberangan pada tampilan skala besar, gunakan warna biru dan kuning

Aspek Perseptual
Tidak semua warna bisa dibaca, secara umum warna latar belakang cenderung lebih gelap.

Aspek Kognitif
Jangan menggunakan warna yang berlebihan
Warna yang sama membawa “pesan” yang berbeda
Urutan warna sesuai dengan posisi spektralnya
Kecerahan dan saturasi akan menarik perhatian
Waspadalah terhadap manipulasi warna secara tak linear pada layar tampilan dan bentuk cetakan

PROSES VISUAL

Sudut visual juga menentukan ketajaman sinyal yang masuk ke dalam mata dan hal ini akan mempengaruhi otak dari apa yang dilihat. Sudut visual dibentuk ketika mata bergerak ke kiri terjauh dan ke kanan terjauh, yaitu :

Sudut pertama dimana tempat kedua mata mampu melihat sebuah obyek dalam kondisi yang sama (penglihatan binokuler)
Sudut kedua dimana tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kiri ketika begerak ke sudut paling kiri (penglihatan monokuler kiri)
Sudut ketiga dimana tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kanan ketika begerak ke sudut paling kanan (penglihatan monokuler kanan)
Sudut keempat adalah tempat buta yang sama sekali tidak dapat dilihat oleh kedua mata

Perbedaan penglihatan manusia antara siang dan malam memiliki sudut yang berbeda. Pada siang hari mata bisa melihat sejauh jarak pandang sedangkan pada malam hari, penglihatan lebih terbatas.

Proses visual memberikan aksi ke otak dari input sinyal yang dilihat oleh mata. Otak kurang baik di dalam mengambil keputusan dari apa yang dilihat. Otak bisa diakali dengan apa yang dilihat mata.

b. Saluran Pendengaran

Kita cenderung meremehkan besarnya informasi yang dapat dikumpulkan oleh indera pendengaran. Padahal sistem auditory pendengaran) memiliki kapasitas yang sangat besar untuk mengumpulkan informasi mengenai lingkungan sekitar kita. Jika kita menutupp mata sejenak dan memfokuskan pada kerja indera pendengaran, kita dapat mendengar obyek apa saja yang ada di sekitar kita dari suaranya. Dan dari suaranya pula kita dapat memperkirakan kemana obyek tersebut akan berpindah.

Telinga Manusia

Proses mendengar diawali dengan adanya getaran di udara atau dikenal sebagai gelombang suara. Telinga memerima gelombang ini dan mentrasnmisikannya ke sistem syaraf auditory melalui berbagai tahap. Telinga ini sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga bagian luar (outer ear), telinga bagian tengah (middle ear), dan telinga bagian dalam (inner ear).

Telinga bagian luar yang merupakan bagian yang terlihat terdiri dari dua bagian, yaitu pinna yang melekat di bagian kepala, dan auditory canal yang melewatkan gelombang suara ke telinga bagian tengah. Telinga bagian luar ini melindungi telinga bagian dalam yang sensitif terhadap kerusakan, kotoran, dan mempertahankan suhu yang konstan. Telinga bagia luar juga memperkuat gelombang suara (amplify) dari beberapa jenis suara.

Telinga bagian tengah merupakan lubang kecil yang terdiri dari tulang terkecil dalam tubuh manusia yang disebut ossicles dan terhubung dengan telinga bagian luar oleh sebuah gendang telinga yang disebut membran tymoanic dan dengan telinga bagian dalam oleh cochlea. Gelombang suara dilewatkan melalui auditory canal dan menggetarkan gendang telinga dan akhirnya ke aossicles yang kemudian melewatkan getaran tersebut ke cochlea dan telinga bagian dalam. Pada telinga bagian tengah terdapat liquid-filled cochlea yang memiliki sel-sel rambut halus yang disebut cilia yang merespon getaran dari telinga bagian tengah dan mentransmisikan reaksi kimia ke syaraf aufitory (pendengaran)

Pemrosesan Suara

Seperti sudah kita ketahuo, suara adalah perubahan atau getaran pada tekanan udara. Suara memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Pitch yang merupakan frekuensi suara, frekuensi suara tinggi menghasilkan high pitch dan sebaliknya.

2. Loudness merupakan amplitudo suara, amplitudo suaraberubah secara proporsional namun frekuensi tetap konstan.

3. Timbre yang berkaitan dengan tipe atau jenis suara, suara mungkin saja memiliki pitch dan loudness yang sama, namun jika dihasilkan oleh instrumen yang berbeda maka akan memberikan timbre yang berbeda.

Teligna manusia dapat mendengar frekuensi 20 Hz hingga 15 kHz. Suara pada frekuensi rendah kurang dari 1.5 Hz, namun akan kurang akurat dibandingkan frekuensi normal. Sistem auditory melakukan filtering suara diterima, yang memungkinkan kita mengabaikan suara background dan berkonsentrasi pada informasi yang penting. Namun jika suara terlalu keras atau frekuensinya hampir sama, kita juga akan mengalami kesulitan mengidentifikasi sumber suara.

c. Saluran Peraba

Salura Peraba (touch/haptic perception) memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai lingkungan sekitar kita. Dari perabaan, kita dapat mengetahui apakah sesuatu itu panas atau dingin. Kita juga memperoleh umpan balik dari perabaan pada saa akan mengangkat/menyentuh suatu benda. Dari umpan balik tersebut, kita dapat menentukan kecepatan, tekanan dan akurasi gerakan peraban.

pada beberapa user, mungkin indera perabaan ini tidak terlalu penting dibandingkan dengan penglihatan dan pendengaran. Namun bagi user yang memiliki kekrangan dalam kedua indera tersebut, perabaan adalah sarana berinteraksi dengan benda lain seperti komputer.

Manusia menerima rangsangan (stimuli) melalui kulit. Kulit memiliki tiga jenis sensor penerima (sensor receptor), yaitu:

1. Thermoceptor yang merespon panas atau dingin.

2. Nociceptor yang merespon pada tekanan yang intens, seperti rasa sakit.

3. Mechanoceptor yang merespon pada tekanan, dan jenis sensor ini yang dibahas dalam interaksi manusia dan komputer.

Mechanoceptor terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan responnya terhadap perbedaan tekanan. Rapidly adapting mechanoceptor merespon pada tekanan yang diberikan dengan cepat, sedangkan slowly adapting mechanoceptor merespon pada tekanan yang diberikan secara kontinyu.

Meskipun seluruh tubuh manusia memiliki receptor, namun pada beberapa bagian memiliki sensitifitas yang lebih dibandingkan yang lain. Aspek lain indera perabaan adalah kinesthesis, yaitu kesadaran terhadap posisi tubuh dan alat gerak yang bergantung pada jumlah receptor pada persendian.

2. Informasi disimpan pada memori:

Memori manusia (human memori) adalah tempat untuk menyimpan sebagian besar aktifitas manusia seperti pengetahuan faktual, pengetahuan prosedural. pengetahuan tersebut memungkinkan kita melakukan aktifitas secara berulang, menggunakan bahasa, menggunakan informasi yang kita terima dari indera, serta memberikan identitas pada manusia dengan menyimpan informasi mengenai pengalaman masa lalu. Terdapat tiga jenis memory atau fungsi memori yaitu:

1. Memori sensor (sensor memory)

memori sensor bekerja sebagai buffer untuk menampung masukan yang diterima dari panca indera manusia. Memori sensor terdiri dari memori iconic (iconic memory) untuk indera visual, memori echoic (echoic memory) untuk indera aural/ auditory dan memori haptic (haptic memory) untuk indera peraba. Informasi yang diterima oleh memori sensor ini akan hilang/tertimpa setiap kali diperoleh informasi baru.

informasi yang diterima oleh memori sensor akan dikirim ke memori jangka pendek karena adanya perhatian kita terhadap informasi tersebut dengan menyaring atau hanya memilih informasi yang menarik saja atau yang kita perlukan.

Karena terbatasnya kapasitas memori sensor, kita tidak dapat mengolah semua informasi yang masuk melali indera. Kita dapat memusatkan perhatian pada suatu informasi tertentu dan berpindah ke hal yang lain, namun tidak menerima semuanya sekaligus. Informasi yang diterima oleh memori sensor akan diteruskan ke tipe memori lain yang lebih permanen atau ditimpa informasi lain dan akhirnya hilang.

2. Memori Jangka Pendek (Short-term Memory)

Memori jangka pendek atau disebut memori kerja menyimpan informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang singkat/sementara pada saat kita sedang melakukan suatu pekerjaan, misalkan pada saat kita sedang menghitung perkalian 35 x 6, kemungkinan kita akan menyimpan sementara 5 x 6, kemudian 30 x 6 lalu dijumlahkan. Atau kita menyimpan hasil kali 35 x 2 yang hasilnya adalah 70, kemudian kita menghitung 3 x 70, dan sebagainya.

Memori jangka pendek dapat diakses dengan cepat, namun berkurang secara cepat pula. Memori ini juga memiliki kapasitas yang terbatas. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas memori jangka pendek:

a. Berdasarkan panjang suatu deret (sequence) yang dapat diingat secara terurut.

b. Berdasarkan kemampuan mengingat kembali item-item secara acak.

3. Memori Jangka Panjang

Terdapat dua jenis memori jangka panjang, yaitu episodic memory dan semantic memory. Memori episodik (episodic memory) menggambarkan karakteristik memori yang menyimpan data kejadian atau pengalaman dalam bentuk serial menurut waktu. Sedangkan memori semantik (semantic memory) adalah bentuk memori yang menyimpan rekord-rekord fakta, konsep, keahlian (skills) serta informasi lainnya yang kita peroleh selama hidup denga terstruktur. Informasi yang ada di memori semantik dapat berasal dari memori episodik, sehingga kita dapat mempelajari fakta atau konsep dari pengalaman hidup yang tersimpan di memori episodic secara terstruktur.

Memori semantik terstruktur sedemikian rupa sehingga kita dapat mengakses informasi, representasi hubungan antara informasi dan mengambil kesimpulan.

3. Diproses dan diaplikasikan melalui:

Kita telah membahas tentang bagaimana manusia menerima, menyimpan dan menyalurkan informasi melalui panca indera dan mekanisme penyimpanan yang dimiliki manusia. Kini kita akan membahas bagaimana manusia memproses dan memanipulasi informasi-informasi tersebut. Area ini mungkin merupakan hal yang paling kompleks dan membedakan manusia dengan sistem pemrosesan informasi lainnya baik natural maupun artificial.

Manusia menggunakan informasi untuk melakukan penalaran dan memecahkan masalah, dan dilakukan dengan informasi yang terbatas. Kita mungkin tidak selalu dapat menjelaskan proses berfikir yang dilakukan manusia, namun kita dapat mengidentiikasi hasil pemikiran tersebut. Berpikir membutuhkan sejumlah pengetahuan yang berbeda. Beberapa aktifitas berpikir bersifat langsung dan pengetahuan yang dibutuhkan terbatas. sedangkan aktifitas yang lain membutuhkan pengetahuan dalam jumlah yang cukup besar dari domain yang lain.

Pada bagian ini akan dikemukakan dua kategori berfikir, yaitu penalaran (reasoning) dan pemecahan masalah (problem solving). Pada prakteknya, kedua hal ini tidak dapat dibedakan, karena aktifitas pemecahan masalah melibatkan penalaran dan sebaliknya. Pembagian ini hanya untuk menjelaskan proses yang terlibat didalamnya.

a. Penalaran

Penalaran (reasoning) adalah proses pengambilan kesimpulan mengenai sesuatu atau hal baru dengan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Terdapat berbagai cara untuk melakukan penalaran, diantaranya adalah 1) deduktif, yaitu menarik kesimpulan secara logika dari premis yang diberikan. 2) induktif , yaitu men-generalisasi atau membuat umum suatu hal dari kasus-kasus yang pernah kita lihat atau alami untuk menarik kesimpulan mengenai hal lain yang belum pernah kita lihat atau alami. dan 3) abduktif, yaitu melakukan penalaran dari sebuah fakta ke aksi atau kondisi yang mengakibatkan fakta tersebut terjadi.

b. Pemecahan Masalah (problem solving)

Jika penalaran merupakan mekanisme untuk menarik kesimpulan atau informasi baru dari hal yang sudah diketahui, maka penyelesaian masalah merupakan proses menemukan solusi suatu tugas dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki. penyelesaian masalah pada manusia dikarakteristikan oleh kemampuan mengadaptasikan informasi dengan situasi yang baru. Terdapat beberapa pandangan mengenai cara manusia menyelesaikan masalah. Teori problem space melihat bahwa pikiran manusia adalah pemroses informasi yang terbatas.

c. Mendapatkan Keahlian (skill Acquisition)

Semua proses pemecahan masalah yang dibahas diatas berkonsentrasi pada penanganan masalah yang tidak dikenal (unfamiliar). Pada beberapa kasus, manusia tidak sepenuhnya selalu berhadapan dengan masalah baru. Namun secara bertahap manusia memperoleh keahlian dari bidang tertentu. Kita dapat memahami bagaimana keahlian didapatkan dan bekerja dengan melihat perbedaan antara perilaku seorang awam dan ahli.

Domain yang umum dijadikan referensi adalah permainan catur. ini disebabkan catur mirip dengan representasi problem space, dengan state awal adalah keadaan papan permainan saat mulai dan state tujuan adalah mengalahkan lawan. Apa yang membedakan antara seorang ahli dengan pemula? Pada permainan catur, tampaknya yang membedakan mereka adalah seorang master catur dapat mengingat dengan baik konfigurasi papan catur dan gerakan buah catur. Namun pada saat diberikan konfigurasi yang lain, keduanya memiliki kemampuan yang sama. Hal ini tampaknya disebabkan karena seorang master menbagi-bagi konfigurasi papan catur dalam chunk sehingga mudah untuk disimpan dalam short-term memory dan dapat mengingat detail dibandingkan pemula.

Bagaimana keahlian didapatkan? salah satu model perolehan keahlian (skill acquisition) adalah ACT yang dikemukakan oleh Anderson. ACT mengidentifikasi tiga level dasar keahlian:

1. Pemula, menggunakan aturan umum (general-prposes rules) yang menginterpretasikan fakta mengenai tugas/masalah/ Proses ini berjalan lambat dan membutuhkan pengaksesan memori.

2. Kemudian dia membangun aturan spesifik untuk menyelesaikan tugas/masalah.

3. Aturan kemudian diadaptasi untuk meningkatkan kinerja/hasil.

Terdapat beberapa mekanisme umum yang dapat digunakan untuk bertransisi dari satu proses ke proses lainnya. Prosedurisasi (proceduralization) digunakan untk bertransisi dari proses pertama ke proses kedua. Mekanisme ini menghilangkan bagian dari aturan yang membutuhkan akses memori dan mengganti variabel dengan nilai tertentu. Generalisasi (generalization) merupakan mekanisme untuk berpindah dari proses kedua ke proses ketiga. Mekanisme ini men-generalisasi kasus khusus ke dalam karakteristik umum.

4. Model Kesalahan dan Mental

Manusia memiliki kemampuan yang baik untuk meinterpretasikan dan memanipulasi informasi. Namun bagaimanapun, kadangkala manusia membuat kesalahan. Mengapa? terdapat beberapa jenis kesalahan, salah diantaranya adalah kesalahan yang disebabkan karena perubahan pola dala konteks perilaku ahli yang dikenal sebagai slip. Jika pola perilaku telah menjadi otomatis dan kemudian diubah beberapa spek di dalamnya maka dapat mengakibatkan kesalahan.

Kesalahan lain disebabka karena pemahaman atau pemodelan situasi atau sistem yang salah. Manusia membangun sendiri teori untuk memahami perilaku sistem, yang disebut sebagai model mental. Model mental umumnya bersifat patsial, seseorang tidak mengetahui atau memahami keseluruhan sistem secara penuh. Model mental ini tidak stabil dan sangat mudah berubah. Kadangkala model mental dapat bersifat tidak ilmiah dan lebih berdasarkan tahayul dibandingkan bukti nyata. Dengan mengasumsikan bahwa setiap orang membangun model mental dari sistem yang dihadapi, kesalahan terjadi jika operasi yang sebenarnya berbeda dengan model mental yang ada. Untuk menghindari kesalahan, diperlukan model mental yang benar dan kesepakatan umum mengenai prilaku sosial.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar